KEDUDUKAN TANGAN KETIKA TAKBIR
Ketika membaca takbir Rasulullooh s.a.w. mengangkat kedua tangannya.
Caranya adalah berdasarkan hadiest:
Kadang-kadang Rasulullooh s.a.w. mengangkat kedua tangannya
bersamaan dengan melafalkan takbir [Bukhori dan Nasa'i],
kadangkala setelah selesai membaca takbir [Bukhori dan Abu Dawud]
dan kadang-kadang sebelum membaca takbir [Bukhori dan Nasa'i].
Keadaan telapak tangan ketika takbir berdasarkan hadiest :
Beliau s.a.w. mengangkat kedua (tangannya) sambil
meluruskan jari-jemari, tidak merengangkan dan tidak pula
menggenggamnya. (Abu Dawud & Ibnu Khuzaimah;
Tamam, Al-Hakim dan disahihkan Adz-Dzahabi).
Tingginya kedua tangan di angkat ketika takbir adalah :
Dan beliau s.a.w. meletakkan kedua tangannya itu setinggi
bahunya (Bukhori dan Nasa'i) dan barangkali beliau mengangkatnya
(maksimum) hingga setinggi daun-daun telinganya. (Bukhori dan Abu Dawud).
KEDUDUKAN TANGAN SETELAH TAKBIR
Beliau s.a.w. meletakkan kedua tangannya di atas dadanya.
(Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah).
Beliau s.a.w. melarang untuk meletakkan tangan di atas
lambung (rusuk) di dalam sholat. (Bukhori dan Muslim).
Posisi tangan setelah di letakkan adalah :
Sesungguhnya kami, para Nabi telah diperintahkan untuk
menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan makan sahur,
dan untuk meletakkan tangan-tangan kanan kami di atas tangan-tangan
kiri kami pada waktu sholat. (Ibnu Hibban dan Adh-Dhiya' ---> sahih).
Rasulullooh s.a.w. meletakkan tangan kanannya di atas
tangan kirinya. (Muslim dan Abu Dawud).
Beliau s.a.w. berlalu dekat seorang laki-laki yang sedang sholat.
Laki-laki itu meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya.
Kemudian beliau s.a.w. melepaskannya dan meletakkan tangan kanannya
di atas tangan kirinya. (Ahmad dan Abu Dawud ---> sahih).
Beliau s.a.w. meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak
tangannya, pergelangan tangannya dan lengan tangannya (maksudnya adalah
di atas tulang hasta/pengumpil). (Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah
---> sahih). [ dalam riwayat lain beliau s.a.w.
memerintahkan hal tersebut kepada para sahabatnya. (Malik, Bukhori dan
Abu 'Uwamah)].
Kadang-kadang beliau s.a.w. menggenggamkan tangan kanannya
ke tangan kirinya. (An-Nasa'i dan Ad-Daruquthni ---> sahih).
***Sedangkan mengHARUSkan cara menggenggam tangan kiri dengan
tangan kanan, dengan cara mengambil lengan tangan kiri dengan kelingking
dan jempol tangan kanan, seraya membentangkan ketika jari
(telunjuk, tengah dan manis) di atas tangan kiri,.....
cara ini adalah BUKAN HADIEST (menurut Al-Albani).
POSISI KEPALA DAN PANDANGAN
Apabila Rasulullooh s.a.w. sholat, maka beliau menundukkan
kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tanah.
(Al-Baihaqi dan Al-Hakim.---> sahih. Hadiest ini mempunyai saksi
10 orang sahabat Rasulullooh s.a.w. [Ibnu Asakir].
Tatkala beliau s.a.w. memasuki Ka'bah, maka pandangannya
tidak pernah meninggalkan tempat sujudnya, hingga beliau keluar
daripadanya. (Al-Baihaqi dan Al-Hakim).
Larangan mengarahkan pandangan ke langit:
Beliau s.a.w. melarang untuk mengarahkan pandangan ke langit.
(Bukhori dan Abu Dawud).
Didalam riwayat lain beliau s.a.w. bersabda :
Niscaya suatu kaum akan binasa karena mereka mengangkat
pandangan mereka ke langit di dalam sholat, atau pandangan mereka itu
tidak akan kembali lagi kepada mereka, [Dilain riwayat dikatakan:
mata-mata mereka itu disambar]. (Muslim, Bukhori dan As-Siraj).
Larangan menoleh :
Apabila kamu sedang sholat, maka janganlah kamu menoleh, karena
sesungguhnya Allah menghadapkan wajahNya ke wajah hambaNya di dalam
sholatnya, selama ia tidak menoleh. (Turmudzi dan Hakim ---> sahih).
[Menoleh adalah] suatu curian yang di curi oleh setan
dari sholat seorang hamba. (Bukhori dan Abu Dawud).
Jauhkan hal-hal yang dapat mengganggu pandangan dan pikiran
ketika sholat :
Rosulullooh s.a.w. sholat dengan mengenakan kain yang mempunyai
tanda-tanda, kemudian beliau melihat kepada tanda-tanda itu dengan sekali
lihat. Selesai sholat, beliau bersabda, "Pergilah dengan membawa kainku
ini kepada Abi Jahmin dan bawalah kepadaku pakaian
(yang tebal yang tidak ada tandanya) milik Abi Jahmin,
karena sesungguhnya ia telah melupakan aku dari sholatku tadi.
[Dalam riwayat lain dikatakan] Sesungguhnya aku telah melihat kepada
tandanya pada waktu sholat, hingga ia hampir mengujiku.
(Bukhori, Muslim dan Malik).
'Aisyah r.a. mempunyai pakaian, yang di dalamnya terdapat
lukisan, yang terjurai ke sahwah, sedangkan Nabi s.a.w. sholat dengan
menghadap kepadanya. Kemudian beliau bersabda, Keluarkanlah (jauhkanlah)
baju itu daripadaku, karena lukisan baju itu senantiasa
menghalang-halangi aku di dalam sholatku. (Bukhori, Muslim dan Abu 'Uwanah).
Tidaklah layak di dalam rumah terdapat sesuatu yang menyibukkan
(mengganggu pikiran) orang yang sholat. (Abu Dawud dan Ahmad ---> sahih).
Janganlah menahan kentut/buang hajat atau bilamana makanan
telah tersedia :
Tidaklah sah sholat orang yang di hadapannya terdapat makanan,
dan tidak pula sholat orang yang ingin membuang kotoran.
(Bukhori, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah).
SHOLAT DENGAN TENANG DAN TERTIB
Sholatlah seperti sholat orang yang berpamitan, seakan-akan
anda melihat-Nya dan walaupun anda tidak melihatNya, maka sesungguhnya
DIA melihatmu. (Al-Mukhlish; Ath-Thobrani, Ar-Rubani dan Adh-Dhiya';
Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Asakir --->disahihkan Al-Haitami Al-Faqih).
Tidak ada bagi seorang yang datang kepadanya sholat wajib,
lalu ia memperbaiki*) wudhu'nya, khusyu'nya dan ruku'nya,
kecuali sholat itu akan menghapuskan dosa-dosanya yang telah lalu,
selama ia tidak melakukan dosa-dosa besar, dan hal ini untuk setiap
masa. (Muslim).
*) memperbaiki...
disini menurut pemahaman saya mengandung pengertian bahwa,
bilamana kita selalu memiliki keinginan dan usaha untuk menyempurnakan
tatacara beribadah kita kepada Allah SWT, maka janji-NYA dalam hadiest
sahih riwayat Muslim di atas berlaku bagi kita.
Sedangkan untuk wudhu' selain pengertian di atas, juga mengandung
pengertian tentang anjuran berwudhu' kembali setiap akan melakukan
sholat wajib sebagaimana hadiest dalam wudhu'. Dalam Fathul Baary
1:135 no.214,
Dari Anas, ia berkata: adalah Nabi s.a.w. berwudhu'
setiap kali hendak melakukan sholat. Lalu saya tanyakan kepada
(para sahabat): dan bagaimana kalian melakukannya?
Ujarnya: biasanya kami cukup melakukan sekali wudhu'
(untuk beberapa kali sholat) selama kami belum berhadats.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata: sesungguhnya
hadiest ini menunjukkan bahwa yang dimaksud secara umum adalah
sholat wajib. (Fathul Baary 1:316). Imam Ath-Thohawi berkata:
dimungkinkan perbuatan yang demikian (Fathul Baary 1:135 no.214) di atas
wajib bagi beliau s.a.w. saja, kemudian sesudah itu di manshukh-kan
pada waktu Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah) berdasarkan
hadits Buraidah yang diriwiyatkan oleh Imam Muslim :
Biasanya Nabi s.a.w. berwudhu' setiap kali sholat
(sholat wajib), maka pada waktu Fathu Makkah beliau s.a.w.
mengerjakan beberapa kali sholat (sholat wajib) dengan satu wudhu'.
Maka ketika 'Umar r.a. bertanya: Ya Rosulullooh s.a.w., engkau telah
melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan selama ini?
Nabi s.a.w. menjawab: Memang sengaja saya lakukan itu hai 'Umar!.
Bisa jadi beliau s.a.w. lakukan yang demikian sebagai suatu
perkara yang sunnah, kemudian beliau khawatir disangka wajib,
maka beliau tinggalkan, untuk menunjukkan bolehnya melakukan
(kedua-duanya). Dari penjelasan di atas dalam pemahaman saya berarti
berwudhu' setiap akan melakukan sholat wajib (meskipun belum batal)
adalah sunnah, dan melakukan beberapa kali sholat dengan sekali wudhu'
(selama tidak batal) dibolehkan. Tentunya hal ini berlaku dalam
dalam keadaan normal (bukan dalam keadaan darurat/
kepepet waktu). Kalau dalam keadaan darurat/sibuk maka tentunya dalam
pemahaman saya melakukan wudhu' sekali untuk beberapa sholat wajib
(selama belum batal) adalah yang disunnahkan.
Walloohu A'lamu bish-Showaab.
Senin, 16 April 2007
Sifat shalat Rasululah SAW (5)
Diposting Oleh Administrator Jam 13.14.00
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar