(Lafal arabic ditulis berdasarkan CARA MEMBACA/BUNYI BACAAN
mengikuti aturan /Tajwid dalam METODA IQRO-Indonesia:
MOHON DIKOREKSI KESALAHAN-KESALAHANNYA)
tanda ini menunjukkan bahwa [...] dibaca dalam riwayat yang lain.
Walaupun dalam tayangan yang lalu (Shifat sholat 8) banyak hadiest-
hadiest yang menggambarkan keharusan membaca Al-Fatihah di dalam sholat,
ternyata dalam hal ini ada pengecualiannya bagi yang belum sanggup
atau tidak bisa menghafalnya. Kepada orang yang
belum/tidak bisa menghafalkan diperintahkan :
Qul (katakanlah): Sub-haanalloohi (Maha Suci Allah),
wal-hamdu lillaahi (dan Segala Puji bagi Allah),
Wa Laa ilaaha illalloohu (dan Tidak ada ilah selain Allah),
Walloohu akbar (dan Allah Maha Besar),
wa Laa haw-la walaa quw-wata illaa billaah (dan tidak
ada daya dan tidak ada kekuatan selain Allah).
(Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah; Hakim, Thobroni dan Ibnu Hibban,
disahihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi).
Dan beliau s.a.w. bersabda kepada orang yang sholatnya belum baik:
Sekiranya ada pada kamu bacaan (Al-Qur'an yang terhafal),
maka bacalah ia, dan kalaupun tidak, maka pujilah ALLAH,
besarkanlah DIA dan bertahlillah. (Abu Dawud dan Turmidzi yang
dihasankan olehnya. Kata Al-Albani sanadnya sahih.
(Lihat sahih Abu Dawud 807).
MENGHAPUS QIRO'AT MA'MUM DALAM
SHOLAT JAHRIYYAH (SHOLAT DENGAN BERSUARA)
Pernah Rosulullooh s.a.w. membolehkan kepada orang-orang
yang ma'mum untuk membaca qiro'at di belakang Imam di dalam sholat
jahriyyah, hingga suatu ketika :
Dalam sholat fajar (subuh) beliau s.a.w. membaca qiro'a, lalu terasa
berat (sulit) baginya untuk membacanya. Sesudah selesai sholat,
Rosulullooh s.a.w. bersabda :
Jangan, jangan kalian membaca qiro'at di belakang imam kamu?.
Kami berkata, benar, dengan cepat-cepat, wahai Rosulullooh. Beliau
s.a.w. bersabda, Jangan kalian kerjakan, kecuali - apabila salah seorang
di antara kamu membaca Fatihatal-kitab.
Karena sesungguhnya tidak sah sholat orang yang tidak membacanya. (Abu Dawud
dan Ahmad, serta di hasankan oleh Turmudzi dan Daroquthni).
Kemudian beliau s.a.w. melarang ma'mum untuk membaca qiro'at seluruhnya
di dalam sholat Jahriyyah. Hal ini ketika :
Rosulullooh s.a.w. selesai dari suatu sholat yang di dalamnya beliau
mengeraskan qiro'at [di dalam lain riwayat di katakan dalam sholat
subuh]. Kemudian (sesudah selesai sholat) beliau s.a.w. bersabda: Apakah
ada di antara kamu yang membaca qiro'at bersama tadi?!
Seorang laki-laki berkata, Benar aku wahai Rosulullooh. Beliau
bersabda, "SESUNGGUHNYA AKU MENYATAKAN BAHWA AKU TIDAK
MENYELANG-NYELANGI (maalii unaa-zi'u*)) di dalam qiro'at. Abu Huroiroh
r.a. berkata, MAKA BERHENTILAH MANUSIA dari membaca
qiro'at bersama Rosulullooh s.a.w. di dalam sholat yang Rosulullooh
s.a.w. mengeraskan bacaannya, yakni setelah mereka mendengar ucapan itu
dari Rosulullooh s.a.w. dan mereka membaca qiro'at di dalam hatinya
tanpa suara, yakni di dalam sholat yang imam
tidak mengeraskan suaranya di dalam sholat itu. (Malik dan Al-Hamidi;
Bukhori; Abu Dawud dan Al-Mahamili, dihasankan oleh Turmudzi dan
disahihkan oleh Abu Hatim, Ar-Rozi, Ibnu Hibban dan Ibnul-Qoyyim).
Hadiest ini mempunyai penjelasan dari hadiest Umar, dan pada akhirnya
adalah :
Mengapa aku menyelang-nyelangi Al-Qur'an?! Adapun cukup bagi salah
seorang di antara kamu qiro'ah imamnya, karena imam itu dijadikan hanya
untuk diikuti, apabila ia membaca maka dengarkanlah. (Al-Baihaqi lihat
Al-Jami'u-'l-Kabir 3/334/2)..
Dan Rosulullooh s.a.w. menjadikan diam untuk mendengarkan bacaan imam
sebagai bagian dari sempurnanya ma'mum kepada imam. Beliau bersabda :
Sesungguhnya imam itu dijadikan hanya untuk diikuti, oleh karena itu,
apabila ia bertakbir, maka bertakbirlah, dan apabila ia membaca qiro'at,
maka dengarkanlah. (Ibnu Abi Sya-ibah; Abu Dawud, Muslim, Abu 'Uwanah
dan Ar-Rubani).
Dihadiest yang lain, ditegaskan oleh beliau s.a.w. :
Barangsiapa yang mempunyai imam, maka bacaan imam adalah bacaan baginya.
(Abi Sya-ibah; Daruquthni, Ibnu Majah, Ath-Thohawi dan Ahmad, Hadiest
ini banyak jalannya. Dikuatkan oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah.
Sebagian jalannya disahihkan oleh Al-Bushiri.
Al-Albani memerincinya di dalamnya Al-Ashl dan Irwa'ul-gholil no. 493).
Adapun di dalam sholat sirriyyah (sholat dengan tidak bersuara terang),
maka sesungguhnya beliau s.a.w. telah menetapkan untuk membaca qiro'at
di dalamnya. Hanya beliau s.a.w. melarang untuk mengganggunya dengan
qiro'at itu. Jadi maksudnya, walaupun di
syari'atkan ma'mum membaca di dalam sholat sirriyyah, bukanlah berarti
bahwa ma'mum boleh mengeraskan suara bacaannya sehingga mengganggu imam.
Beliau s.a.w. sholat dzuhur bersama para sahabatnya. Beliau s.a.w.
bersabda, siapa di antara kamu yang membaca "Sabbihisma Robbikal-a'la?"
Seorang lelaki berkata: Aku - dan aku hanya menginginkan kebaikan dengan
bacaan itu. Maka beliau s.a.w. bersabda,
Aku telah mengetahui bahwa seorang laki-laki telah membimbangkan
pikiranku dengan bacaan itu. (Muslim, Abu 'Uwanah dan As-Siraj).
Walloohu a'lamu bish-showaab.*Komite Tarbiyah
Senin, 16 April 2007
Sifat shalat Rasululah SAW (9)
Diposting Oleh Administrator Jam 13.30.00
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar